PENERAPAN FALSAFAH PANCASILA DAN AJARAN KI HAJAR DEWANTARA
BAGI PENYULUHAN DI INDONESIA
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Meskipun
telah lama dipahami bahwa penyuluhan
merupakan proses pendidikan, tetapi dalam sejarah penyuluhan pertanian di indonesia,
terutama selama periode pemerintahan Orde Baru, kegiatan penyuluhan lebih
banyak dilakukan dengan pendekatan kekuasaan melalui kegiatan yang berupa
pemaksaan, sehingga muncul gurauan dipaksa, terpaksa, akhirnya terbiasa.
Diakui,penyuluhan melalui pendidikan akan memakan waktu lebih lama untuk
mengubah perilaku masyarakat, tetapi perubahanperilaku yang terjadi akan
berlangsung lebih kekal.
Sebaliknya,
meskipun penyuluhan melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah dilakukan,
tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, mana kala faktor
pemaksaan nya sudah dihentikan. Sehingga terdapat beberapa penerapan dan
peranan falsafah pancasila dan ajaran Ki Hajar Dewantara dalam penyuluhan di
indonesia.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dan maksud dari makalahini adalah:
1. Untuk
mengetahui falsafah apa yang diterapkan bagi penyuluhan di indonesia.
2. Untuk
memahami peranan falsafah pancasila bagi penyuluhan di indonesia.
3. Mengenal
falsafah pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara.
II.PEMBAHASAN
Falsafah
berarti pandangan, yang akan dan harus diterapkan. Falsafah
penyuluhan berpijak pada pentingnya pengembangan individu dalam menumbuhkan
masyarakat dan bangsa.
Falsafah
penyuluhan berakar pada falsafah Negara Pancasila, terutama pada sila Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jika
pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis diminta bekerja keras
meningkatkan produksinya, seluruh warga Indonesia harus mau mengangkat harkat
mereka, demi kemanusiaan dan keadilan sosial, yang berlandaskan pada
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai prinsip demokrasi, serta
demi tercapainya persatuan bangsa.
Dalam
pengertian di atas, perlu dipahami bahwa, petani bukanlah orang bodoh dan
karena itu tidaklah pantas untuk tetap dibiarkan atau bahkan dibuat hidup dalam
kemiskinan dan penderitaan. Petani haruslah dilihat sebagai manusia biasa yang
memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuannya dan memiliki keinginan dan
harapan untuk terlepas dari kemiskinan dan penderitaan yang tidak mereka
kehendaki.
Karena
itu, pelaksanaan penyuluhan pertanian harus mampu tidak saja mengembangkan
potensi petani tetapi juga harus mau memberikan peluang kepada kekuatannya
sendiri untuk mengembangkan potensinya supaya terlepas dari kemiskinan dan
kebodohan. Dengan demikian, penyuluhan pertanian harus didukung oleh kegiatan
lain yang dapat menjadikan petani (yang selama ini bodoh dan miskin itu)
sebagai petani-petani tangguh. Petani tangguh bukanlah petani yang dengan penuh
kesabaran sanggup tahan hidup dalam kebodohan dan penderitaan, tetapi petani
yang terus menerus mampu mengem bangkan potensi yang dimilikinya untuk dengan
kreatif berswakarsa dan berswadaya dalam meningkatkan produktivitas dan
pendapatannya demi perbaikan kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya.
Sehubungan
dengan falsafah penyuluhan pertanian yang berlandaskan pada falsafah Pancasila,
Soetrisno (1989) minta agar juga mengkaitkannya dengan motto bangsa yang:
Bhineka Tunggal Ika yang membawa konsekuensi pada:
- perubahan administrasi
penyuluhan dari yang bersifat relatif sentralisme menjadi fasilitatif
partisipatif, dan
- pentingnya kemauan penyuluh
memahami budaya lokal yang seringkali mewarnai local agricultural praktis.
Landasan
falsafah penyuluhan seperti itu mengandung pengertian:
- Penyuluhan tidak selalu
dibatasi oleh peraturan dari pusat yang kaku dan sentralistis. Pelaku
utama dan pelaku usaha agribisnis berhak memperoleh keleluasaan
mengembangkan dirinya, dan secara cepat mampu mengantisipasi
permasalahan-permasalahan di daerah dan tidak menunggu petunjuk/restu dari
pusat. Dalam setiap permasalahan yang dihadapi, mereka bisa mengambil
keputusan berdasarkan pertimbangan untuk dapat menyelamatkan keluarganya.
Dalam hal seperti itu, penyuluh diberi kewenangan secepatnya
mengambil inisiatif sendiri. Administrasi yang terlalu regulatif, sangat
membatasi kemerdekaan mereka mengambil keputusan bagi usahanya.
- Penyuluh selain memberikan
ilmunya kepada pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis, ia harus mau
belajar untuk mengembangkan dirinya (belajar dianggap tidak rasional,
penyuluh menganggap rasional adalah petunjuk pusat). Padahal
praktik-praktik usahatani yang berkembang dari budaya lokal, sering sangat
rasional, karena telah mengalami proses trial and error dan
teruji oleh waktu.
Mengacu
kepada pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses pendidikan, di Indonesia
dikenal adanya falsafah pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro
yang berbunyi:
- Ing ngarso sung tulodo, mampu
memberikan contoh atau teladan bagi masyarakat sasarannya
- Ing madyo mangun karso, mampu
menumbuhkan inisiatif dan mendorong kreativitas, serta semangat dan
motivasi untuk selalu belajar dan mencoba
- Tut wuri handayani, mau
menghargai dan mengikuti keinginan-keinginan serta upaya yang dilakukan
masyarakat petaninya, sepanjang tidak menyimpang/meninggalkan acuan yang
ada, demi tercapainya tujuan perbaikan kesejahteraan hidupnya.
III. KESIMPULAN
Play Slots at JCMH Casino | Slot Machines, Poker Chips, and
BalasHapusAll online Slots and games at JCMH Casino, with the best Payout Rates & Free 경주 출장샵 Spins 인천광역 출장샵 guaranteed! ➤ Visit JCMH Casino 제주 출장마사지 with 서울특별 출장마사지 your first deposit at JCMH 남양주 출장마사지 for